Membuat Media Tanam Sukulen dari Kompos Sederhana
Membuat sendiri media tanam sukulen harus disesuaikan dengan keadaan tanaman yang bisa menyimpan air. Untuk itulah perlu dipilih bahan-bahan campuran media tanam yang drainasenya baik, sehingga saat dilakukan penyiraman, air dapat mengalir cepat dan tidak menggenangi media tanam.
Awal belajar menanam sukulen, kami memakai media tanam khusus untuk kaktus sukulen. Dibeli dari supermarket, kisaran harga Rp 11.000 per kilogram (tahun 2021), tertulis komposisi di kemasan: pasir malang, sekam, sabut kelapa dihaluskan, dan pupuk organik.
Selanjutnya mulai belajar membuat media tanam sendiri dari campuran pasir bangunan, sekam mentah, sekam bakar, dan pupuk kandang halus. Sukulen tumbuh baik, dan biaya produksi per kilogram bisa lebih rendah dibanding membeli media tanam sudah jadi.
Mencoba lagi untuk membuat kompos sederhana yang hasilnya bisa dijadikan sebagai media tanam siap pakai. Bahan-bahan yang dipakai tetap sama (pasir, sekam mentah, sekam bakar, pupuk organik) hanya dengan tambahan bahan organik dari limbah buah sayur (sekaligus memanfaatkan limbah dapur). Ternyata sukulen tumbuh baik.
Dan akhirnya sampai saat ini, media tanam dari kompos inilah yang kami gunakan untuk sukulen.
Pembuatan kompos berlangsung sekitar 3 minggu, dan kompos yang sudah matang ini biasanya baru digunakan setelah 2-3 bulan tersimpan. Oleh karena itu perlu ada penjadwalan pembuatannya sehingga stok media tanam selalu tersedia.
Proses pembuatan
Secara aerob (memerlukan oksigen). Memilih proses ini karena menurut kami lebih mudah dan praktis.
Wadah
Menggunakan ember plastik. Agar tetap ada aliran udara yang bisa masuk ke bagian dalam kompos, di tengah ember dipasang pipa paralon berlubang. Tetapi jika tanpa pipa paralon juga bisa, cukup memakai ember.
Aktivator
Untuk membantu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan organik, dipakai cairan mikro organisme lokal (MOL) buah sayur atau tempe. MOL dibuat sendiri, sekaligus digunakan juga sebagai pupuk organik cair untuk sukulen.
MOL dipakai dengan cara dilarutkan air, atau bisa juga dilarutkan campuran air cucian beras dan larutan gula pasir sebagai sumber nutrisi (karbohidrat dan glukosa) untuk mikroorganisme.
Bahan coklat
Sebagai bahan sumber carbon menggunakan pasir bangunan, sekam bakar, sekam mentah, dan pupuk kandang halus (beli yang sudah jadi, yang biasa kami pakai dari kotoran domba). Kalau ada bisa ditambahkan daun kering juga tanah sebagai bahan coklat. Tetapi seringnya tidak memakai tanah karena kami sulit memperoleh.
Pasir bangunan sebelumnya diayak dahulu menggunakan saringan hingga diperoleh pasir yang kasar (bagian ini yang dipakai), sementara pasir yang halus tidak dipakai (dibuang), dan bila ditemukan kerikil dipisahkan untuk dimanfaatkan sebagai alas bagian bawah pot saat menanam.
Bahan hijau
Sebagai bahan sumber nitrogen memanfaatkan limbah dapur, yakni bagian buah sayur yang tidak dimakan (batang, buah, daun, kulit), tempe dan nasi sisa kemarin.
Pencacahan bahan
Ini untuk mempermudah proses pelapukannya. Limbah buah, sayur, tempe dipotong ukuran kecil. Daun kering dihancurkan jadi remah. Nasi sisa kemarin tetap bentuk utuh.
Pemakaian bahan
Takaran bahan yang dipakai hanya dikira-kira, tidak khusus ditimbang. Hanya saja taksiran perbandingan bahan coklat dan bahan hijau kurang lebih 3:1 atau 4:1.
Bahan kompos ditempatkan dalam wadah (ember) secara berlapis. Bahan coklat menjadi lapisan pertama (bawah) dan terakhir (atas).
Pengadukan
Kompos aerob mulai diaduk (dibongkar) setelah 7 atau 10 hari berjalan. Pengadukan ini untuk membalikan kompos agar oksigen bisa masuk ke seluruh bagian dalam wadah. Sekaligus melihat apakah kompos di bagian dalam basah atau tidak, juga bisa mengetahui apakah limbah organik sudah terurai atau belum.
Pengadukan selanjutnya setiap 4-5 hari sampai kompos dianggap matang.
Waktu pembuatan
Dari uji coba yang dilakukan, setelah 22-25 hari kompos aerob kami anggap sudah matang.
Kompos matang
Bisa diketahui dari ciri:
- Tidak berbau.
- Tercium aroma seperti tanah segar.
- Warna coklat kehitaman.
- Teksturnya seperti remah (mudah hancur saat dikepal).
Berikut catatan pengalaman pembuatan kompos sederhana:
Persiapan (02/09)
1. Limbah organik dicacah.
Limbah: bayam (batang, daun), kulit kentang, kulit pepaya, kulit wortel, nasi sisa kemarin, sawi hijau (batang, daun), tempe.
2. Daun jambu biji kering dihancurkan.
3. Limbah organik dan daun kering dicampur. Semprotkan cairan MOL hingga lembab. Aduk rata.
4. Membuat campuran C_1 (sekam bakar dan sekam mentah, perbandingannya 1:1 bagian). Semprotkan cairan MOL hingga lembab. Aduk rata.
5. Membuat campuran C_2 (pasir, sekam bakar, sekam mentah, perbandingannya 2:1:1 bagian). Semprotkan cairan MOL hingga lembab. Aduk rata.
Pembuatan kompos (02/09)
Siapkan wadah ember.
Lapisan pertama: masukan C_1.
Lapisan kedua: masukan C_2.
Lapisan keempat: taburkan pupuk kandang halus.
Lapisan kelima: tutup dengan C_2.
Penyimpanan
Ember kompos disimpan ditempat terbuka supaya ada sirkulasi udara, tidak kena paparan sinar matahari langsung, dan jangan sampai kehujanan agar kompos tidak basah (apalagi tergenang).
Selama proses pembuatan, bila bagian atas kompos terlihat kering, dilakukan penyemprotan air, tidak sampai basah, hanya untuk menjaga kelembaban saja.
Pengadukan (09/09)
Hari ke-8 kompos dibongkar dengan cara mengeluarkan sedikit demi sedikit ke wadah lain dan diaduk.
Bagian atas: kering, tidak tercium bau.
Bagian tengah: lembab, tidak tercium bau, warna kecoklatan, limbah sebagian besar sudah hancur.
Bagian bawah: basah (tapi tidak tergenang), tidak tercium bau, warna kehitaman.
Kompos dimasukan lagi ke wadah (ember) dengan urutan bagian atas (jadi di bawah), bagian tengah, bagian bawah (jadi di atas). Pembuatan kompos dilanjutkan.
Pengadukan (12/09)
Hari ke-10 kompos dibongkar, dikeluarkan ke wadah lain jadi 2 bagian.
Bagian atas: kering, tidak tercium bau, warna coklat.
Bagian bawah: lembab (tapi tidak basah), tidak tercium bau, warna coklat kehitaman, limbah hijau sudah tidak terlihat lagi.
Kompos dimasukan lagi ke wadah (ember) dengan urutan bagian atas (jadi di bawah) dan bagian bawah (jadi di atas). Pembuatan kompos dilanjutkan.
Pengadukan (16/09)
Hari ke-15 seluruh bagian kompos diaduk rata, hasilnya: tidak tercium bau, warna coklat kehitaman, teksturnya mudah hancur.
Pembuatan kompos dilanjutkan.
Kompos matang (22/09)
Hari ke-21 seluruh bagian kompos diaduk rata. Kompos kami anggap sudah matang, dicirikan dari:
- tidak tercium bau,
- tercium aroma tanah segar,
- warnanya coklat kehitaman,
- teksturnya gembur, seperti remah, mudah hancur.
Penyimpanan
Kompos dimasukan dalam plastik (kebetulan pakai plastik bekas beras 5kg), ditutup lakban, diberi label tanggal pembuatan. Simpan ditempat teduh tidak kepanasan dan kehujanan.
Pemakaian
Kompos biasanya baru kami gunakan kurang lebih 3 bulan setelah pembuatan.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar